Senin, 06 Oktober 2008

Senin, 29 September 2008

PEMBERONTAKAN ITU KREATIF

Tentang pemberontakan itu? Albert Camus bilang, “Pemberontakan itu kreatif.” Dan seandainya kita mebanding antara isi (ideology) dengan bentuk (estetika) Kalangan Demokratik Revolusioner, seperti Chernyshevsky dkk, berpendirian serempak dan kompak. Mereka melihat sastra sebagai kritik social dan analisis, sedangkan seniman sebagai pembawa pencerahan. Sastra hendaknya mengabaikan rumitnya tknik-teknik estetik dan menjadi alat perkembangan social. (Eagleton, 2002:52) Marilah kita akhiri makalah ini dengan mengutip ucapan sastrawan genius Nietzsche, yang dikutip novelis eksistesialis Albert Camus: "Tidak seorang pun seniman dapat menerima kenyataan." Dan komentar Alber Camus: "Ini benar, tetapi juga tidak seorang pun seniman dapat hidup di luar kenyataan.

SELAMAT JALAN BUNG DITEMPAT TERINDAH JEMPUT KEBEBASANMU, JANGAN MENOLEH LAGI







sahabat ...

hari hari panjang yang pernah kita lalui acapkali menyenangkan juga acapkali membuat jiwa kita letih tatkala memandang hamparan kemiskinan di bumi persada ini yang semakin hari makin subur saja, dan aku tahu kau sangat merasa terperdaya oleh sesuatu yang makin jelas wujudnya, setan imperialisme dan kolonialisme yang telah berganti baju, urusannya hanya berganti atribut,orde ini dan orde itu bahkan seringkali kita komunikasi meski kamu jauh dibalik bukit di jawa barat atau dipadang gurun yang gersang di larantuka, atau kamu sedang bersama pengamen jalanan dan tak lupa menjinjing lap top tua kesayanganmu, tak sedikitpun ada nada suaramu yang letih, atau kelaparan, selalu saja kamu kembalikan pertanyaan itu padaku, apa yang telah aku lakukan ? 

aha meski aku tidak melihat persis saat itu kamu dimana dan sedang apa ? aku tetap merasa yakin tak pernah ada waktu dimana kamu bisa berdiam diri tanpa berbuat apapun... bertahun sudah impianmu juga pernah jadi impianku tentang sebuah negara tanpa tetes air mata dan tetesan darah dan juga tanpa senjata meski kadang kita juga berdebat tentang perlunya kebenaran yang tidak memihak, reformasi atau revolusi, post modern atau albert kamus , nietsche, hingga nasbith, tsunami , gempa jogya dan Lapindo yang telah menghancurkan peradaban , atau manunggaling kawula gusti syeh siti jenar itu, atau sekolah pembebasan yang secara logika melintasi logika itu sendiri ... agaknya kamu selalu haus berdiskusi, meski acapkali aku juga marah atas sikapmu yang selalu merasa pendapatmu yang benar....

sesungguhnya aku cukup curiga, hampir 2 bulan ini, kita kehilangan kontak, setiap aku hubungi selalu mailboks, atau nggak terjawab,... sempat aku berpikir yang buruk tentang keterlibatanmu dengan dengan team indonesia bangkit, meski satu ketika pendapatmu juga tidak sependapat tentang anarkis, apakah idemu tentang sekolah pembebasan sudah mendekati kenyataan atau bahkan frustasi,,,, seringkali kita juga berdialog panjang tentang seabreg ide yang masuk ke tong sampah karena kembali lagi urusan dukungan dana yang terkadang kami rasakan tak kalah penting dari ide itu sendiri, dan setelah pembicaraan itu kamu akhiri dengan menarik napas panjang ...

sampai ketika malam itu aku sedang asyik membaca biografi ahmadinejad. che guevaranya asia yg sungguh hebat itu, tiba tiba sms handphone ku berdering, saat aku buka , aku sungguh terkejut sms itu mengabarkan tentang kepergianmu menghadap sang pencipta akibat stroke di RS harapan kita tgl 27 september 2008, setelah pernah koma dan dirawat selama 2 bulan., kawan kita Helmi yang memberi kabar..., aku ngga paham menterjemahkan kepedihan itu, rasanya campur aduk ingin marah, sebel dan benci, tega teganya pergi padahal masih banya kerja kerja kita yang belum selesai .....

Selamat jalan pejuang, beristirahatlah dengan nyenyak, nikmati kebebasanmu yang sejati, karena dunia yang tidak ramah ini telah menghisap habis energimu, semoga para malaikat itu mengajakmu ke nirwana yang indah , selamat jalan sahabat terkasih, meski aku tidak ingin air mata itu jatuh karena aku tahu tak ada lagi kesakitan atau keletihan, kekecewaan lagi yang kau rasakan, boleh pergi mesti spirit itu masih tetap tertinggal dihati kami, selamat jalan …..”
.......... bung Norpud Binarto , amin

Minggu, 28 September 2008

RAHASIA

Menyusuri jalan nayawa, tiada yang mengerti hati berjalan, juga mencatat. Sesepi apa pun jua, bahkan pernah diucapkan, yang tertangkap cuma kesan-kesan. Melemparkan pandangan sejauh mata merayap,siapa yang mengerti: kemana arah bola mata terpaut-betapa kau mencoba mengira-ngira. Ada yang tersimpan, dibiarkan kau menyimpannya sebagai rahasia pandangan.

Kaki menjejak tanah, menjalankan tugas kehidupan, tiada yang tahu kemana arah dikemudikan. Beragam kejadian dilakukan, ada sengaja disembunyikan- walau kau mencoba mengira-ngira akan lelah dimana telapak dihentikan. Betapa kau mecoba memahami perasaan, kepedihan dan kegembiraan selalu bersisa, tersimpan jauh di dalam jiwa-betapapun kau berada disampingku sejuta tahun. Hanya, sebagian yang kamu pahami-itupun hanya kesan. 

Begitu luas ruang telah diciptakan Nya, selalu tiada terjangkau bagian demi bahagian. Tertanam di kejauhan tempat yang tidak pernah terbentuk. Praduga yang dikembangkan selalu menggoda untuk diciptakan dalam pikiran-setiap orang, setiap jiwa yang berusaha memhami. Begitu dalam, menyelam sampai jauh, tiada dasar yang dapat sampai dijelajahi. Terlampau terbatas kita memahami. Berkelok-kelok, terjal dan tiada berbatas. Perkaranya, memang, semuanya serba rahasia.

Ketika sejarah menciptakan agama dan perdaban, tidak semua dapat menjawab rahasia Nya. Sangat lemahnya, sangatlah terbatasnya jangkauan pikiran manusia mampu menelusuri. Dan, ketika matahari berhenti dari pandangan mata. Ketika, nafas dibatasi. Mungkin-selalu demikian- ada keterbatasan yang dapat dijelaskan. Rahasia itu masih tersimpan rapat. Terkunci.

Memasuki pada waktu, sudah kita dipertemukan dengan beragam persoalan. Seraya tiada pernah berhenti, waktu selalu menyertai diri kita. Mengikuti sejalan nafas. Menjadi saksi, hidup dan kematian orang-orang di sekitar. Ketika, kita menengok ke luar-selalu demikian- maka waktu lekat dekat dalam kerongkongan. Bukan pada mata atau telinga. Waktu tiada berbelok-belok. Juga sekaligus lurus. Namun waktu, membuat kita kehilangan. Menjadikan semuanya menjadi kenangan.

Kaki, jiwa dan peristiwa mendekati waktu. Merapatlah sang waktu, tiada berjarak,memasuki setiap ingatan dan lupa. Ramai nian peristiwa, sang waktu-diam-diam-tiada menyelinap berada dalam mu. Kita seolah-olah mengenal jarah waktu ke dalam angka angka jam. Sebuah pembatasan. Tapi benarkah demikian, waktu menjelajah dalam diri kita ?

Geretak daun jatuh dari rantingnya. Cahaya mobil berkeriap, sedikit menyisakan rasa kaget. Waktu berada pada sisi lain yang tak tersentuhkan. Teruslah demikian. Setiap kata menjejak dalam benak pikiran seseorang, sungguh, betapa setianya waktu menyatukan semuanya. Dan, ranting jatuh ke atas tanah. Gemersik pada bunyinya. Menerbangkan pikiran pada sejuta kesepian. Tidak untuk sang waktu.

Menjelang akhir, kita tak menyadari, sebenarnya waktu terus berjalan. Rahasia itu, sepanjang peradaban bergerak, selalu disatukan oleh waktu. Semua,kini, menjadi teka-teki. Siapa sebenarnya di balik sang waktu ? Rahasia dinatara manusia. Kematian, juga tidak menandai waktu telah berakhir. Waktu akan terus berjalan menelusuri setiap kesadaran, juga khilaf adanya.

Kemudian, yang tersisa tinggalah rahasia.

disadur dari kump tulisan alm Norpud Binarto

Jumat, 20 Juni 2008

KEMISKINAN MENGANCAM KEBHINEKAAN.

Isu BBM yang seksi itu mungkin adalah sesuatu yang dapat meruntuhkan kapital simbolis, meminjam Pemikiran dari Pierre Felix Bourdieu system ekonomi dimana posisi dan kuasa ditentukan oleh uang dan harta dan system budaya atau simbolik. Dalam system tersebut status seseorang akan ditentukan oleh banyaknya modal simbolik atau modal budaya yang dimilikinya sebagai sumber dominasi. isu BBM bukanlah sekedar mendiskreditkan pemerintah SBY JK, ISU bbm bukan semata mata target politik pembusukan istana namun diharapkan menjadi momentum kepada sebuah cita cita kebangsaan yang pada tahun pergerakan berhasil mengusir penjajah dari tanah persada, dengan mengukir asa dalam sebuah piagam pembukaan UUD 45, tentang sosialisme kebangsaan, persatuan, dan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan keadilan sosial , saatnya bangsa ini memiliki seorang pemimpin (yang memiliki jati diri dan keberanian mandiri secara ekonomi, mampu menegakkan kedaulatan bangsa dan harga diri bangsa

Sebelum meneruskan, presentasi ini bukanlah sesuatu yang final ,masih berpeluang untuk diperdebatkan, penulis bersandar pada data empiris dalam geopolitik tanah air dan semoga bermanfaat sebagai pisau analisis metode berpikir kita semua.

Belum kering ingatan kita akan kebijakan pemerintah yang gemar menaikkan BBM, dengan beragam alasan yang dirumuskan secara konstitusional dalam UU APBN yang mengacu kepada defisit anggaran akibat prediksi harga minyak mentah internasional yang fluktuatif. Meski terkesan basi tetapi fakta itulah yang terjadi pada kebijakan energi pemerintah dari rezim berganti rezim. Artinya bahwa wewenang DPR yang memiliki hak budget turut berperanan dalam mengelola energi nasional, ..... ....

Seratus tahun kebangkitan nasional Indonesia pada tanggal 20 mei 2008 dirayakan pemerintah secara megah dan kolosal dengan melibatkan puluhan ribu pendukung acara tersebut, momentum ini bagusnya menjadi mesiu yang efektif memperbaiki kesejahteraan rakyat , tetapi yang terjadi sungguh mengejutkan yaitu dengan keputusan pemerintah menaikkan BBM sebesar 30 % setelah sebelumnya pada awal tahun 2005 pemerintah telah 2 kali menaikkan harga BBM sebesar 160%, kenaikan BBM ini direspon dengan berbagai unjuk rasa penolakan dari mahasiswa yang eskalasinya semaikn meningkat , unjuk rasa penolakan kenaikan BBM tersebut tidak hanya terjadi di ibukota jakarta namun terjadi juga diseluruh pelosok negeri tidak terbatas pada mahasiswa saja namun sudah berbaur dengan elemen masyarakat lainnya, dan klimaks dari kegeraman mahasiswa tersebut berujung pada penyerbuan aparat polisi kedalam kampus universitas nasional dan menjebloskan 150 mahasiswa kedalam tahanan polres jakarta selatan , meski demikian peristiwa itu bukan menyurutkan langkah para civitas akademika di Indonesia namun memicu gerakan mahasiwa yang lebih masif hampir mendekati kristalisasi, namun sayang pemukulan seorang aktivis mahasiswa terhadap polisi di depan kampus universitas dr Mustopo membalik opini yang di blow up seluruh media cetak dan elektronik, dengan topik bahasan bahwa demo BBM berubah anarkis, mahasiswa kehilangan simpati masyarakat karena unjuk rasa itu tidak dilakukan dengan santun mahasiswa anarkis mirip preman, caci maki itu bahkan menjadi perdebatan di komentar Detik Com..

Kita semua menyaksikan sebuah permainan yang belum sempat usai...!!
panggung itu yang sempat menjadi harapan rakyat akan sebuah perubahan dari kutukan BBM, telah beralih menjadi panggung penyerbuan sebuah ormas FPI kepada ormas aliansi keberagaman yang sedang bersiap melakukan perayaan lahirnya Pancasila 1 juni 1945, sore hari itu dikejutkan dengan berita penyerangan dan pemukulan sepihak dengan jatuhnya puluhan korban, yang dikenal dengan peristiwa Monas, seakan sistematis penggantian panggung itu beralih dari kekerasan di kampus Unas kepada kekerasan yang terjadi di Monas, hiruk pikuk media cetak dan elektronik memblow up haru biru kekerasan yang terjadi di Monas, kali ini Pemerintah melakukan tugasnya dengan benar dalam rangka penegakkan hukum, gambar seorang Habib dan munarman menuntut ahmadiyah bercampur dengan gambar juru bicara istana berapi api ingin membela pluralisme, ....” 3 orang ini layaknya bagai artis terkenal yang menjadi bintang di televisi..” ingin sekali rasanya ikut berpesta melihat ribuan polisi menyerbu markas FPI, meski pertanyaan berkecamuk dikepalaku karena yang hendak ditangkap ternyata hanya puluhan anggota FPI, secara tidak langsung FPI ditempatkan dalam posisi yang sangat diperhitungkan, bahkan bapak Kapolda Adang Firman tidak tidur hingga pagi hari menunggu pihak FPI menyerahkan diri, drama itu cukup menegangkan masyarakat karena diliput secara langsung oleh televisi.....”

30 menit sebelum peristiwa monas terjadi ditempat itu PDI Perjuangan baru saja menyelesaikan gerak jalan dengan tema gebyar pancasila melibatkan 150 000 kader PDIP untuk memperingati hari lahirnya Pancasila, dan dengan massa sebanyak itu PDI Perjuangan berhasil mendisiplinkan kadernya dengan damai tanpa gesekan sekecil apapun, sayang sekali acara yang kolosal itu hanya selintas tampil dimedia tanpa apresiasi, keburu panggung itu beralih menjadi panggungnya kekerasan perisiwa monas.

Ingin sekali saya membangunkan ingatan pemerintah kita, hendaknya tindakan hukum tidak hanya kepada ormas FPI saja dalam kasus kekerasan di Monas, namun juga menengok terjadinya kekerasan demi kekerasan yang telah sekian lama berlangsung sistematis didaerah yang dilakukan atas dasar kebencian terhadap rumah rumah ibadah yang dibakar juga ribuan orang yang terusir dari kampungnya akibat perbedaan paham, kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia tersebut selama ini justru terkesan pembiaran, hendaknya penuntasan kasus tersebut beriringan dengan bobot yang sama secara komprehensif, demokrasi menjamin aspirasi yang sudah diatur dalam UUD 45 dan Undang Undang. Bahwa kenaikan BBM dampaknya juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan tidak hanya dalam wilayah domestik belaka namun juga merusak tatanan sosial masyarakat, kemiskinan akibat kenaikan BBM akan menimbulkan distorsi dan deviasi sosial di masyarakat.

Hendaknya rasa aman dan nyaman masyarakat harus dapat dijamin oleh Pemerintah, bahwasanya kebinekaan kita akan terjaga manakala masyarakat mendapatkan hak dan kewajibannya secara seimbang , yang dapat MEMASUNG kebinekaan hanyalah kemiskinan dan kebodohan, bahwa kemiskinan MENGANCAM berlangsungnya kebinekaan, dan menurut konstitusi yang bertanggung jawab membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan Kebodohan adalah Pemerintah, sedangkan media sebagai PILAR DEMOKRASI harus memiliki kepedulian sebagai AGEN PERUBAHAN tidak menjadi alat dari kepentingan golongan manapun, mendidik masyarakat dengan informasi yang jujur dan tidak melakukan pembodohan kepada rakyat, bisa dipahami bahwasanya sebagai manusia mensiasati KEHIDUPAN wajib dilakukan tetapi tidak boleh mensiasati KEBENARAN................... “


Senin, 19 Mei 2008

Sabtu, 17 Mei 2008

TOLAK PRIVATISASI

Privatisasi perusahaan-perusaha an Negara terbukti telah membuat ribuan buruh dan rakyat Indonesia tidak sejahtera. Penolakan terhadap privatisasi perusahaan BUMN pun telah dilakukan ketika Indosat berpindah tangan ke Singapura. Bahkan setelah privatisasi dilakukan, sebagian buruh yang telah bekerja puluhan tahun harus rela untuk di-PHK.

Namun pada tahun ini, Komite Privatisasi telah memberikan persetujuan terhadap rencana Kementrian BUMN untuk memprivatisasi 34 perusahaan negara pada program privatisasi 2008. Bahkan rencana privatisasi 2007 yang tertunda sebelumnya, juga akan diprivatisasi pada tahun 2008. Persetujuan terhadap Kementerian BUMN dituangkan dalam keputusan Menko Perekonomian sebagai Ketua Komite Privatisasi nomer KEP-04/.EKON/ 01/2008 pada 31 Januari 2008.

Ada beberapa perusahaan Negara yang akan diprivatisasi pada tahun ini, seperti PT Asuransi Jasa Indonesia, PT Krakatau Steel, PT Bank Tabungan Negara, PT Semen Baturaja, PT Sucofindo, PT Surveyor Indonesia, dan PT Waskita Karya. Selain itu perusahaan yang juga akan dilego oleh pemerintah adalah Bahtera Adiguna, Barata Indonesia, PT Djakarta Lloyd, PT Sarinah, PT Industri Sandang, PT Sarana Karya, PT Dok Kodja Bahari, PT Dok & Perkapalan Surabaya, PT Industri Kereta Api, PT Dirgantara Indonesia, PT Kertas Kraft Aceh, PT INTI, Virama Karya, Semen Kupang, Yodya Karya, Kawasan Industri Medan, Kawasan Industri Makasar, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, PT SIER, PT Rekayasa Industri, dan Kawasan Berikat Nusantara. Sedangkan perusahaan Negara yang tertunda pada tahun 2007 untuk diprivatisasi dan akan dilego pada tahun ini antara lain Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, dan Industri Gelas

Program privatisasi ini adalah merupakan agenda perjanjian antara Indonesia dengan IMF pada tahun 1998. Namun terbukti, di beberapa negara, termasuk Indonesia, “resep” yang diberikan IMF pada negara-negara yang terkena crisis tidak menyelesaikan masalahnya. Bahkan “resep” tersebut menambah kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Kemiskinan semakin bertambah akibat “resep” yang diberikan oleh IMF.

Berlanjutnya program Privatisasi ini menunjukan bahwa pemerintah SBY-JK masih tunduk dan patuh terhadap perintah IMF dalam melaksanakan politik ekonomi Neoliberal. Kembali rakyat Indonesia dipertontonkan bahwa pemerintah memang lebih berpihak kepada para kaum pemodal, baik asing maupun domestik. Karena jelas, program privatisasi ini hanya mengejar laba atau keuntungan bagi para pembelinya. Seperti yang diungkapkan oleh Meneg BUMN Sofyan Abdul Djalil bahwa pelepasan saham perusahaan kepada investor srategis bisa meningkatkan valuasi entitas bisnis yang bersangkutan

Namun dampak dari program privatisasi itu adalah pemecatan terhadap para pekerja atau buruh yang telah bekerja di perusahaan negara tersebut. Hal ini dilakukan demi efesiensi dan efektifitas perusahaan tersebut untuk mengejar laba. Bahkan harga produk yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusaha an tersebut tentunya juga akan naik dan tidak mungkin dijangkau oleh rakyat Indonesia. Hal ini akan sangat berbahaya bagi kedaulatan Indonesia, karena jelas investor-investor perusahaan tersebut akan semakin mencengkeram kedaulatan Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah akan diintervensi oleh kepentingan- kepentingan para investor tersebut, seperti yang terjadi saat ini.

Maka darii tu, Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) menyatakan sikap:

Menolak program privatisasi yang telah disetujui oleh pemerintah, karena program privatisasi ini hanya akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia
Pemerintah SBY-JK telah gagal dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia karena masih mementingkan kepentingan para kaum pemodal dibandingkan rakyat Indonesia.
Menolak seluruh agenda sistem politik ekonomi Neoliberal yang dijalankan pemerintah Indonesia saat ini
Kepada seluruh gerakan rakyat di Indonesia untuk menolak agenda Neoliberalisme di Indonesia dan membentuk persatuan perlawanan gerakan rakyat multisektor

diskriminasi upah buruh

Salah satu bentuk diskriminasi di pasar kerja yang banyak mendapat sorotan adalah diskriminasi upah menurut jenis kelamin. Perusahaan dianggap melakukan pembedaan upah tanpa kriteria obyektif atau terkait dengan kinerja buruh.

Praktik pembedaan upah antara perempuan dengan laki-laki di kalangan buruh tani sudah berjalan sejak sangat lama. Entah siapa yang memulai, buruh tani perempuan diberi upah yang nilainya sekitar 75 persen dari upah buruh tani laki-laki.

Padahal tidak sedikit jenis pekerjaan di sektor pertanian yang secara umum lebih baik hasilnya jika dikerjakan perempuan. Artinya, perbedaan produktivitas bukanlah alasan pembedaan upah tersebut.

Sekarang, setelah sekian lama gerakan penghapusan segala bentuk diskriminasi demikian kencang jalannya, sangat menarik melihat apakah praktik diskriminasi upah tetap terjadi. Juga menarik melihat apakah kebijakan pemerintah bisa memainkan peran penting dalam penghapusan diskriminasi upah.

Upah atau pekerjaan?

Tabel menunjukkan, buruh perempuan di Indonesia menerima upah lebih rendah daripada buruh laki-laki. Secara rata-rata keseluruhan buruh perempuan hanya menerima 74 persen dari upah yang diterima buruh laki-laki.

Perbedaan upah buruh itu konsisten di setiap provinsi, dengan rasio upah perempuan dibandingkan dengan laki-laki yang bervariasi. Di Banten dan Kalimantan Timur, buruh perempuan hanya menerima 62 persen dari upah buruh laki-laki, yang merupakan kondisi terburuk dibandingkan dengan provinsi lain. Sementara itu, di Sulawesi, kondisinya lebih baik, rasio upah buruh perempuan dengan laki-laki 89 persen-99 persen.

Tuduhan diskriminasi upah tidak dengan serta-merta bisa dialamatkan kepada pengusaha. Ada dua situasi yang memang terkait, tetapi bisa dibedakan satu dengan lainnya, yakni diskriminasi upah dan diskriminasi pekerjaan.

Diskriminasi upah merupakan pembedaan upah buruh pada pekerjaan, kualifikasi, jam kerja, kinerja, serta kondisi lain yang semuanya sama. Jadi, pembedaan upah dilakukan semata-mata karena pertimbangan jenis kelamin.

Sementara itu, diskriminasi pekerjaan tidak mengenal pembedaan upah antara laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan sama, tetapi membatasi akses perempuan pada pekerjaan tertentu. Lebih spesifik lagi, perempuan hanya diberi akses untuk pekerjaan "marjinal" yang upahnya lebih rendah.

Ada berbagai alasan perusahaan melakukan diskriminasi pekerjaan. Pertama, prasangka pekerjaan tertentu hanya bisa dilakukan laki-laki, atau perempuan hanya cocok melakukan kerja tertentu. Ini dapat dilihat pada iklan lowongan pekerjaan di berbagai media massa.

Kedua, peraturan tentang hak-hak pekerja perempuan, sehingga merekrut pekerja perempuan dianggap "merugikan" perusahaan. Contohnya, aturan tentang cuti, khususnya cuti haid dan cuti melahirkan.

Di satu sisi, peraturan ini positif, karena sangat melindungi pekerja perempuan terkait dengan fungsi reproduksinya. Akan tetapi, dari sudut pandang perusahaan, ketentuan ini membuat pekerja perempuan sangat berpotensi memiliki hari kerja lebih rendah daripada laki-laki, sementara gajinya harus terus diberikan ketika cuti.

Apa pun alasannya, kedua bentuk diskriminasi tersebut sama buruknya bagi buruh perempuan. Lantas, terkait dengan perbedaan upah sebagaimana terlihat dalam tabel, yang mana yang terjadi di Indonesia?

Pertanyaan tersebut bisa dijawab melalui analisis regresi yang bisa mengontrol pengaruh variabel lain (selain jenis kelamin). Hasil analisis Pusat Kajian Kebijakan Publik Akademika menunjukkan, diskriminasi upah buruh perempuan memang terjadi.

Pada tingkat pendidikan, jam kerja, umur, dan daerah yang sama, secara statistik terbukti buruh perempuan menerima upah lebih rendah daripada laki-laki. Setelah dikontrol dengan berbagai variabel tersebut, perbedaan upah mencapai Rp 216.000 sebulan.

Digabung dengan fenomena empiris yang teramati antara lain dari iklan lowongan pekerjaan di media massa, hasil analisis tersebut menunjukkan, di Indonesia terjadi dua jenis diskriminasi (upah dan pekerjaan) sekaligus bagi buruh perempuan.

Penutup

Meskipun secara statistik terbukti, tidak mudah membuktikan diskriminasi tersebut di lapangan. Itu berarti tidak mudah juga mengatasinya. Selain dengan peraturan jelas dan tegas tentang larangan praktik diskriminasi, khususnya dalam perekrutan dan upah, diperlukan kerja sama berbagai pihak.

Pemerintah perlu memberi perhatian lebih besar terhadap masalah ini. Selama ini ada kesan pemerintah hanya "sibuk" mengurus upah minimum.

Tidak ada salahnya pemerintah mengawasi lebih ketat kebijakan perusahaan dalam perekrutan dan pengupahan. Misalnya, perusahaan dilarang memasukkan kriteria jenis kelamin dalam perekrutan.

Diskriminasi upah dalam perusahaan lebih sulit diatasi, kecuali jika ada pengaduan dari pihak buruh. Karena itu, serikat buruh/pekerja juga perlu memberi perhatian lebih besar terhadap kasus ini. Hal itu bisa dimulai, antara lain, melalui keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam serikat buruh/pekerja.

NIETSCHE

Nietsche yang beranggapan bahwa apa yang disebut rasa salah moral itu tak lain dan tak bukan hanyalah perasaan anak kecil atau perasaan budak. Rasa salah dan rasa dosa semua itu adalah kebohongan. Bahkan secara ekstrim Nietsche mengajak untuk tidak perlu sama sekali manusia itu merasa bersalah atau berdosa. Bahkan dalam bukunya Der Wille Zur Macht bicara tentang adil dan tidak adil sesungguhnya ôansichö hanya omong kosong belaka, karena baginya melukai, menindas dan memeras bahkan membinasakan adalah fungsi pelaksanaan hidup. Bagi Nietsche rasa bersalah hanyalah degenerasi atau pertumbuhan yang salah. Bila seorang bertindak sebagai ubermensch dan suatu bangsa bertindak sebagai herrenvolk atau bangsa yang dipertuan besar maka tidaklah perlu lagi norma-norma apapun juga.