Tentang pemberontakan itu? Albert Camus bilang, “Pemberontakan itu kreatif.” Dan seandainya kita mebanding antara isi (ideology) dengan bentuk (estetika) Kalangan Demokratik Revolusioner, seperti Chernyshevsky dkk, berpendirian serempak dan kompak. Mereka melihat sastra sebagai kritik social dan analisis, sedangkan seniman sebagai pembawa pencerahan. Sastra hendaknya mengabaikan rumitnya tknik-teknik estetik dan menjadi alat perkembangan social. (Eagleton, 2002:52) Marilah kita akhiri makalah ini dengan mengutip ucapan sastrawan genius Nietzsche, yang dikutip novelis eksistesialis Albert Camus: "Tidak seorang pun seniman dapat menerima kenyataan." Dan komentar Alber Camus: "Ini benar, tetapi juga tidak seorang pun seniman dapat hidup di luar kenyataan.
Senin, 29 September 2008
SELAMAT JALAN BUNG DITEMPAT TERINDAH JEMPUT KEBEBASANMU, JANGAN MENOLEH LAGI


sahabat ...
hari hari panjang yang pernah kita lalui acapkali menyenangkan juga acapkali membuat jiwa kita letih tatkala memandang hamparan kemiskinan di bumi persada ini yang semakin hari makin subur saja, dan aku tahu kau sangat merasa terperdaya oleh sesuatu yang makin jelas wujudnya, setan imperialisme dan kolonialisme yang telah berganti baju, urusannya hanya berganti atribut,orde ini dan orde itu bahkan seringkali kita komunikasi meski kamu jauh dibalik bukit di jawa barat atau dipadang gurun yang gersang di larantuka, atau kamu sedang bersama pengamen jalanan dan tak lupa menjinjing lap top tua kesayanganmu, tak sedikitpun ada nada suaramu yang letih, atau kelaparan, selalu saja kamu kembalikan pertanyaan itu padaku, apa yang telah aku lakukan ?
aha meski aku tidak melihat persis saat itu kamu dimana dan sedang apa ? aku tetap merasa yakin tak pernah ada waktu dimana kamu bisa berdiam diri tanpa berbuat apapun... bertahun sudah impianmu juga pernah jadi impianku tentang sebuah negara tanpa tetes air mata dan tetesan darah dan juga tanpa senjata meski kadang kita juga berdebat tentang perlunya kebenaran yang tidak memihak, reformasi atau revolusi, post modern atau albert kamus , nietsche, hingga nasbith, tsunami , gempa jogya dan Lapindo yang telah menghancurkan peradaban , atau manunggaling kawula gusti syeh siti jenar itu, atau sekolah pembebasan yang secara logika melintasi logika itu sendiri ... agaknya kamu selalu haus berdiskusi, meski acapkali aku juga marah atas sikapmu yang selalu merasa pendapatmu yang benar....
sesungguhnya aku cukup curiga, hampir 2 bulan ini, kita kehilangan kontak, setiap aku hubungi selalu mailboks, atau nggak terjawab,... sempat aku berpikir yang buruk tentang keterlibatanmu dengan dengan team indonesia bangkit, meski satu ketika pendapatmu juga tidak sependapat tentang anarkis, apakah idemu tentang sekolah pembebasan sudah mendekati kenyataan atau bahkan frustasi,,,, seringkali kita juga berdialog panjang tentang seabreg ide yang masuk ke tong sampah karena kembali lagi urusan dukungan dana yang terkadang kami rasakan tak kalah penting dari ide itu sendiri, dan setelah pembicaraan itu kamu akhiri dengan menarik napas panjang ...
sampai ketika malam itu aku sedang asyik membaca biografi ahmadinejad. che guevaranya asia yg sungguh hebat itu, tiba tiba sms handphone ku berdering, saat aku buka , aku sungguh terkejut sms itu mengabarkan tentang kepergianmu menghadap sang pencipta akibat stroke di RS harapan kita tgl 27 september 2008, setelah pernah koma dan dirawat selama 2 bulan., kawan kita Helmi yang memberi kabar..., aku ngga paham menterjemahkan kepedihan itu, rasanya campur aduk ingin marah, sebel dan benci, tega teganya pergi padahal masih banya kerja kerja kita yang belum selesai .....
Selamat jalan pejuang, beristirahatlah dengan nyenyak, nikmati kebebasanmu yang sejati, karena dunia yang tidak ramah ini telah menghisap habis energimu, semoga para malaikat itu mengajakmu ke nirwana yang indah , selamat jalan sahabat terkasih, meski aku tidak ingin air mata itu jatuh karena aku tahu tak ada lagi kesakitan atau keletihan, kekecewaan lagi yang kau rasakan, boleh pergi mesti spirit itu masih tetap tertinggal dihati kami, selamat jalan …..”
hari hari panjang yang pernah kita lalui acapkali menyenangkan juga acapkali membuat jiwa kita letih tatkala memandang hamparan kemiskinan di bumi persada ini yang semakin hari makin subur saja, dan aku tahu kau sangat merasa terperdaya oleh sesuatu yang makin jelas wujudnya, setan imperialisme dan kolonialisme yang telah berganti baju, urusannya hanya berganti atribut,orde ini dan orde itu bahkan seringkali kita komunikasi meski kamu jauh dibalik bukit di jawa barat atau dipadang gurun yang gersang di larantuka, atau kamu sedang bersama pengamen jalanan dan tak lupa menjinjing lap top tua kesayanganmu, tak sedikitpun ada nada suaramu yang letih, atau kelaparan, selalu saja kamu kembalikan pertanyaan itu padaku, apa yang telah aku lakukan ?
aha meski aku tidak melihat persis saat itu kamu dimana dan sedang apa ? aku tetap merasa yakin tak pernah ada waktu dimana kamu bisa berdiam diri tanpa berbuat apapun... bertahun sudah impianmu juga pernah jadi impianku tentang sebuah negara tanpa tetes air mata dan tetesan darah dan juga tanpa senjata meski kadang kita juga berdebat tentang perlunya kebenaran yang tidak memihak, reformasi atau revolusi, post modern atau albert kamus , nietsche, hingga nasbith, tsunami , gempa jogya dan Lapindo yang telah menghancurkan peradaban , atau manunggaling kawula gusti syeh siti jenar itu, atau sekolah pembebasan yang secara logika melintasi logika itu sendiri ... agaknya kamu selalu haus berdiskusi, meski acapkali aku juga marah atas sikapmu yang selalu merasa pendapatmu yang benar....
sesungguhnya aku cukup curiga, hampir 2 bulan ini, kita kehilangan kontak, setiap aku hubungi selalu mailboks, atau nggak terjawab,... sempat aku berpikir yang buruk tentang keterlibatanmu dengan dengan team indonesia bangkit, meski satu ketika pendapatmu juga tidak sependapat tentang anarkis, apakah idemu tentang sekolah pembebasan sudah mendekati kenyataan atau bahkan frustasi,,,, seringkali kita juga berdialog panjang tentang seabreg ide yang masuk ke tong sampah karena kembali lagi urusan dukungan dana yang terkadang kami rasakan tak kalah penting dari ide itu sendiri, dan setelah pembicaraan itu kamu akhiri dengan menarik napas panjang ...
sampai ketika malam itu aku sedang asyik membaca biografi ahmadinejad. che guevaranya asia yg sungguh hebat itu, tiba tiba sms handphone ku berdering, saat aku buka , aku sungguh terkejut sms itu mengabarkan tentang kepergianmu menghadap sang pencipta akibat stroke di RS harapan kita tgl 27 september 2008, setelah pernah koma dan dirawat selama 2 bulan., kawan kita Helmi yang memberi kabar..., aku ngga paham menterjemahkan kepedihan itu, rasanya campur aduk ingin marah, sebel dan benci, tega teganya pergi padahal masih banya kerja kerja kita yang belum selesai .....
Selamat jalan pejuang, beristirahatlah dengan nyenyak, nikmati kebebasanmu yang sejati, karena dunia yang tidak ramah ini telah menghisap habis energimu, semoga para malaikat itu mengajakmu ke nirwana yang indah , selamat jalan sahabat terkasih, meski aku tidak ingin air mata itu jatuh karena aku tahu tak ada lagi kesakitan atau keletihan, kekecewaan lagi yang kau rasakan, boleh pergi mesti spirit itu masih tetap tertinggal dihati kami, selamat jalan …..”
.......... bung Norpud Binarto , amin
Minggu, 28 September 2008
RAHASIA
Menyusuri jalan nayawa, tiada yang mengerti hati berjalan, juga mencatat. Sesepi apa pun jua, bahkan pernah diucapkan, yang tertangkap cuma kesan-kesan. Melemparkan pandangan sejauh mata merayap,siapa yang mengerti: kemana arah bola mata terpaut-betapa kau mencoba mengira-ngira. Ada yang tersimpan, dibiarkan kau menyimpannya sebagai rahasia pandangan.
Kaki menjejak tanah, menjalankan tugas kehidupan, tiada yang tahu kemana arah dikemudikan. Beragam kejadian dilakukan, ada sengaja disembunyikan- walau kau mencoba mengira-ngira akan lelah dimana telapak dihentikan. Betapa kau mecoba memahami perasaan, kepedihan dan kegembiraan selalu bersisa, tersimpan jauh di dalam jiwa-betapapun kau berada disampingku sejuta tahun. Hanya, sebagian yang kamu pahami-itupun hanya kesan.
Begitu luas ruang telah diciptakan Nya, selalu tiada terjangkau bagian demi bahagian. Tertanam di kejauhan tempat yang tidak pernah terbentuk. Praduga yang dikembangkan selalu menggoda untuk diciptakan dalam pikiran-setiap orang, setiap jiwa yang berusaha memhami. Begitu dalam, menyelam sampai jauh, tiada dasar yang dapat sampai dijelajahi. Terlampau terbatas kita memahami. Berkelok-kelok, terjal dan tiada berbatas. Perkaranya, memang, semuanya serba rahasia.
Ketika sejarah menciptakan agama dan perdaban, tidak semua dapat menjawab rahasia Nya. Sangat lemahnya, sangatlah terbatasnya jangkauan pikiran manusia mampu menelusuri. Dan, ketika matahari berhenti dari pandangan mata. Ketika, nafas dibatasi. Mungkin-selalu demikian- ada keterbatasan yang dapat dijelaskan. Rahasia itu masih tersimpan rapat. Terkunci.
Memasuki pada waktu, sudah kita dipertemukan dengan beragam persoalan. Seraya tiada pernah berhenti, waktu selalu menyertai diri kita. Mengikuti sejalan nafas. Menjadi saksi, hidup dan kematian orang-orang di sekitar. Ketika, kita menengok ke luar-selalu demikian- maka waktu lekat dekat dalam kerongkongan. Bukan pada mata atau telinga. Waktu tiada berbelok-belok. Juga sekaligus lurus. Namun waktu, membuat kita kehilangan. Menjadikan semuanya menjadi kenangan.
Kaki, jiwa dan peristiwa mendekati waktu. Merapatlah sang waktu, tiada berjarak,memasuki setiap ingatan dan lupa. Ramai nian peristiwa, sang waktu-diam-diam-tiada menyelinap berada dalam mu. Kita seolah-olah mengenal jarah waktu ke dalam angka angka jam. Sebuah pembatasan. Tapi benarkah demikian, waktu menjelajah dalam diri kita ?
Geretak daun jatuh dari rantingnya. Cahaya mobil berkeriap, sedikit menyisakan rasa kaget. Waktu berada pada sisi lain yang tak tersentuhkan. Teruslah demikian. Setiap kata menjejak dalam benak pikiran seseorang, sungguh, betapa setianya waktu menyatukan semuanya. Dan, ranting jatuh ke atas tanah. Gemersik pada bunyinya. Menerbangkan pikiran pada sejuta kesepian. Tidak untuk sang waktu.
Menjelang akhir, kita tak menyadari, sebenarnya waktu terus berjalan. Rahasia itu, sepanjang peradaban bergerak, selalu disatukan oleh waktu. Semua,kini, menjadi teka-teki. Siapa sebenarnya di balik sang waktu ? Rahasia dinatara manusia. Kematian, juga tidak menandai waktu telah berakhir. Waktu akan terus berjalan menelusuri setiap kesadaran, juga khilaf adanya.
Kemudian, yang tersisa tinggalah rahasia.
disadur dari kump tulisan alm Norpud Binarto
Kaki menjejak tanah, menjalankan tugas kehidupan, tiada yang tahu kemana arah dikemudikan. Beragam kejadian dilakukan, ada sengaja disembunyikan- walau kau mencoba mengira-ngira akan lelah dimana telapak dihentikan. Betapa kau mecoba memahami perasaan, kepedihan dan kegembiraan selalu bersisa, tersimpan jauh di dalam jiwa-betapapun kau berada disampingku sejuta tahun. Hanya, sebagian yang kamu pahami-itupun hanya kesan.
Begitu luas ruang telah diciptakan Nya, selalu tiada terjangkau bagian demi bahagian. Tertanam di kejauhan tempat yang tidak pernah terbentuk. Praduga yang dikembangkan selalu menggoda untuk diciptakan dalam pikiran-setiap orang, setiap jiwa yang berusaha memhami. Begitu dalam, menyelam sampai jauh, tiada dasar yang dapat sampai dijelajahi. Terlampau terbatas kita memahami. Berkelok-kelok, terjal dan tiada berbatas. Perkaranya, memang, semuanya serba rahasia.
Ketika sejarah menciptakan agama dan perdaban, tidak semua dapat menjawab rahasia Nya. Sangat lemahnya, sangatlah terbatasnya jangkauan pikiran manusia mampu menelusuri. Dan, ketika matahari berhenti dari pandangan mata. Ketika, nafas dibatasi. Mungkin-selalu demikian- ada keterbatasan yang dapat dijelaskan. Rahasia itu masih tersimpan rapat. Terkunci.
Memasuki pada waktu, sudah kita dipertemukan dengan beragam persoalan. Seraya tiada pernah berhenti, waktu selalu menyertai diri kita. Mengikuti sejalan nafas. Menjadi saksi, hidup dan kematian orang-orang di sekitar. Ketika, kita menengok ke luar-selalu demikian- maka waktu lekat dekat dalam kerongkongan. Bukan pada mata atau telinga. Waktu tiada berbelok-belok. Juga sekaligus lurus. Namun waktu, membuat kita kehilangan. Menjadikan semuanya menjadi kenangan.
Kaki, jiwa dan peristiwa mendekati waktu. Merapatlah sang waktu, tiada berjarak,memasuki setiap ingatan dan lupa. Ramai nian peristiwa, sang waktu-diam-diam-tiada menyelinap berada dalam mu. Kita seolah-olah mengenal jarah waktu ke dalam angka angka jam. Sebuah pembatasan. Tapi benarkah demikian, waktu menjelajah dalam diri kita ?
Geretak daun jatuh dari rantingnya. Cahaya mobil berkeriap, sedikit menyisakan rasa kaget. Waktu berada pada sisi lain yang tak tersentuhkan. Teruslah demikian. Setiap kata menjejak dalam benak pikiran seseorang, sungguh, betapa setianya waktu menyatukan semuanya. Dan, ranting jatuh ke atas tanah. Gemersik pada bunyinya. Menerbangkan pikiran pada sejuta kesepian. Tidak untuk sang waktu.
Menjelang akhir, kita tak menyadari, sebenarnya waktu terus berjalan. Rahasia itu, sepanjang peradaban bergerak, selalu disatukan oleh waktu. Semua,kini, menjadi teka-teki. Siapa sebenarnya di balik sang waktu ? Rahasia dinatara manusia. Kematian, juga tidak menandai waktu telah berakhir. Waktu akan terus berjalan menelusuri setiap kesadaran, juga khilaf adanya.
Kemudian, yang tersisa tinggalah rahasia.
disadur dari kump tulisan alm Norpud Binarto
Langganan:
Postingan (Atom)