Minggu, 28 September 2008

RAHASIA

Menyusuri jalan nayawa, tiada yang mengerti hati berjalan, juga mencatat. Sesepi apa pun jua, bahkan pernah diucapkan, yang tertangkap cuma kesan-kesan. Melemparkan pandangan sejauh mata merayap,siapa yang mengerti: kemana arah bola mata terpaut-betapa kau mencoba mengira-ngira. Ada yang tersimpan, dibiarkan kau menyimpannya sebagai rahasia pandangan.

Kaki menjejak tanah, menjalankan tugas kehidupan, tiada yang tahu kemana arah dikemudikan. Beragam kejadian dilakukan, ada sengaja disembunyikan- walau kau mencoba mengira-ngira akan lelah dimana telapak dihentikan. Betapa kau mecoba memahami perasaan, kepedihan dan kegembiraan selalu bersisa, tersimpan jauh di dalam jiwa-betapapun kau berada disampingku sejuta tahun. Hanya, sebagian yang kamu pahami-itupun hanya kesan. 

Begitu luas ruang telah diciptakan Nya, selalu tiada terjangkau bagian demi bahagian. Tertanam di kejauhan tempat yang tidak pernah terbentuk. Praduga yang dikembangkan selalu menggoda untuk diciptakan dalam pikiran-setiap orang, setiap jiwa yang berusaha memhami. Begitu dalam, menyelam sampai jauh, tiada dasar yang dapat sampai dijelajahi. Terlampau terbatas kita memahami. Berkelok-kelok, terjal dan tiada berbatas. Perkaranya, memang, semuanya serba rahasia.

Ketika sejarah menciptakan agama dan perdaban, tidak semua dapat menjawab rahasia Nya. Sangat lemahnya, sangatlah terbatasnya jangkauan pikiran manusia mampu menelusuri. Dan, ketika matahari berhenti dari pandangan mata. Ketika, nafas dibatasi. Mungkin-selalu demikian- ada keterbatasan yang dapat dijelaskan. Rahasia itu masih tersimpan rapat. Terkunci.

Memasuki pada waktu, sudah kita dipertemukan dengan beragam persoalan. Seraya tiada pernah berhenti, waktu selalu menyertai diri kita. Mengikuti sejalan nafas. Menjadi saksi, hidup dan kematian orang-orang di sekitar. Ketika, kita menengok ke luar-selalu demikian- maka waktu lekat dekat dalam kerongkongan. Bukan pada mata atau telinga. Waktu tiada berbelok-belok. Juga sekaligus lurus. Namun waktu, membuat kita kehilangan. Menjadikan semuanya menjadi kenangan.

Kaki, jiwa dan peristiwa mendekati waktu. Merapatlah sang waktu, tiada berjarak,memasuki setiap ingatan dan lupa. Ramai nian peristiwa, sang waktu-diam-diam-tiada menyelinap berada dalam mu. Kita seolah-olah mengenal jarah waktu ke dalam angka angka jam. Sebuah pembatasan. Tapi benarkah demikian, waktu menjelajah dalam diri kita ?

Geretak daun jatuh dari rantingnya. Cahaya mobil berkeriap, sedikit menyisakan rasa kaget. Waktu berada pada sisi lain yang tak tersentuhkan. Teruslah demikian. Setiap kata menjejak dalam benak pikiran seseorang, sungguh, betapa setianya waktu menyatukan semuanya. Dan, ranting jatuh ke atas tanah. Gemersik pada bunyinya. Menerbangkan pikiran pada sejuta kesepian. Tidak untuk sang waktu.

Menjelang akhir, kita tak menyadari, sebenarnya waktu terus berjalan. Rahasia itu, sepanjang peradaban bergerak, selalu disatukan oleh waktu. Semua,kini, menjadi teka-teki. Siapa sebenarnya di balik sang waktu ? Rahasia dinatara manusia. Kematian, juga tidak menandai waktu telah berakhir. Waktu akan terus berjalan menelusuri setiap kesadaran, juga khilaf adanya.

Kemudian, yang tersisa tinggalah rahasia.

disadur dari kump tulisan alm Norpud Binarto

Tidak ada komentar: